sampai hari itu tiba,
hari di mana matahari mengeluarkan panas yang dimilikinya
hari di mana ia datang tepat di atas kepala kita
tidak lagi sebagai mentari yang terbit tuk menyejukkan mata
aku melihatmu berjalan di tengah keramaian jeritan setiap orang
ingin kupegang tangan itu dan memapahmu.....
sungguh telah kucoba namun tak bisa melakukannya
sepercik telaga kautsar bergenang di atas telapak tanganku
kamu datang dan meminumnya hingga tak tersisa
kamu menangis karena aku tak dapat merasakannya,
menangis..........
menangis,
dan terus menangis dengan berkucur air mata
kemudian..............
...........
kemudian..................
..............
aku tak bisa berbuat apa apa
sedikitpun aku tak mau kamu meneteskan air mata
sungguh itu sangat berharga
aku tak tahu bagaimana harus mengatakannya
aku juga tak mengerti bagaimana cara menghentikannya,
lalu............
aku memandang wajahmu,
hingga kemudian...
aku lihat air matamu dan meminumnya.
kemudian aku terbangun dan berkata...
tahukah kau,
sampai hari itu tiba
rasa ini 'kan selalu terjaga.
Dan setelah kamu tak lagi meneteskan air mata
dengan rasa takut tak percaya kamu bilang 'jangan katakan bahwa...!!'
lalu,
kamu menangis tanpa air mata
tertawa tanpa suara
kemudian,
kita semua terdiam...
kita semua menunggu sebuah peradilan dari-Nya
dan semua menerima lembar fiksi yang telah ditulis sepanjang waktu yang pernah mereka punya
melihat dalam dirinya dan banyak yang bertanya mengapa bukan lengan kanan yang menerima,
dan saat itu aku ingin berkata pada-Nya
...Rasa yang Engakau berikan begitu agung hingga aku tak kuasa ingkar pada_nya,
bagaimana mungkin aku lari sementara dia selalu terjaga dalam mimpi dan nyata..?!!
ALLAHU AKBAR LA ILAHA ILLA ‘LLAH – ALLAHU AHAD (Allah Yang Maha-Besar. Tidak ada ilah lain kecuali Allah, Allah Yang Maha Esa).
Kalimat diatas, adalah menjadi kenyakinan bagi umat beragama, terutama dianut oleh Islam dan Kristen.
Di dunia ini, terdapat pelbagai macam corak agama. Dan dapatlah dikatakan bahwa sejak dahulu kala, dari segala zaman, semua bangsa yang ada didunia ini, mempercayai akan adanya sesuatu zat ghaib, yaitu oknum yang mutlak berkuasa atas alam semesta ini, yang ada dengan sendirinya sejak semula sekali, sebagai penciptanya, yaitu Allah al Khalik.
Tentu saja, masing-masing Agama menyebutkan nama Allah ini dengan sebutan-sebutan yang sesuai dengan bahasanya atau pengertian bahasa Agamanya masing-masing.
Istilah "ALLAH", tidaklah menjadi monopoli sesuatu golongan atau sesuatu bangsa, dan juga bukan monopoli oleh sesuatu agama. Apakah yang dapat diketahui oleh manusia tentang Allah?
Pada penulisan ini, kita tidaklah lagi merasa perlu mengemukakan bukti-bukti tentang adanya Allah, dipandang dari pelbagai segi. Cukup kita simpulkan saja, bahwa Dia adalah yang tidak berpermulaan dan tidak berkesudahan, atau dengan kata lain, Dia adalah yang kekal adanya. Alkitab mengatakan demikian:”Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampat selama-lamanya Engkaulah Allah.” (Mazmur 90:2)
Penulis-penulis Alkitabpun tidak merasa perlu untuk membuktikan adanya Allah. Alkitab menganggap bahwa Allah itu ada, titik. Pada permulaan Alkitab, Kejadian 1:1, telah diceritakan bahwa:
“Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi"..:
Dalam Kitab Zabur, Mazmur 14:1 diperingatkan bahwa orang yang beranggapan bahwa Allah itu tidak ada (atheisme) adalah merupakan orang gila.
ALLAH, menurut pandangan Kristen dan Islam, adalah sama sepakat, yaitu :
1. 1). ALLAH, KHALIK LANGIT DAN BUMI (ALLAH SEMESTA ALAM)
- Al-Quran: s.An Nisaa 4:126, 131: s.An Nur 24: 42; s.Al Maidah 5:120; dan lain-lain.
Allah, adalah pencipta. Dia adalah Khalik semesta aalam, zat wajibal wajud, ada dengan sendirinya. Yang lain dari Dia, adalah makhluk yang diciptakan olehNya.
Rasul Paulus menjelaskan sebagai berikut: “.. namun bagi kita hanya ada Satu Allah saja, yaitu Bapa, yang daripadanya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup..” (1 Korintus 8: 6a)
“… sebab punyaKu-lah dunia dan segala isinya”. (Mazmur 50:12)
“… sebab Akulah yang empunya seluruh bimi …” (Keluaran 19: 5b)
Allah itu adalah pemilik segala sesuatu. Karena itu, bagi setiap orang Kristen yang baik, dia akan menginsafi akan dirinya, bahwa apapun yang ia peroleh atau miliki dan yang dapat dipergunakannya pada saat sekarang ini, adalah tidak lebih dinilainya daripada hak pakai sementara dari pemiliknya, yaitu Allah itu sendiri.
2).ALLAH ITU ESA ADANYA.
- Al-Quran: s.Al.Ikhlas 112:1; s.An Baqarah 2:163; dan lain-lain.
- Alkitab : Yesaya 45:5; Yohanes 17:3;5:44; Roma 3:30; 1 Kori.8: 4-6 dan lain-lain.
Kalau kita mau melihat kepada perbandingan-perbandaingan yang jujur dari kedua ajaran Agama, yaitu Islam dan Kristen, nyatalah keduanya bersumberkan kepercayaan Nabi Ibrahim, Bapa yang mewariskan iman kepada Tiga Besar Agama, yaitu Monotheisme atau Tauhid, yaitu berAllah-kan Yang Maha Esa.
Dalam keMahaesa-an Allah ini, jelas dapat dibaca dalam Alkitab dan Al-Quran. Salah satu diantaranya tertulis dalam Al-Quran s.Al Ikhas 112:1 “Qul huwa’llahu ahad” (katakanlah: Allah itu Esa). Begitupun dalam Alkitab dapat kita baca dalam kitab Ulangan 6: 4-5 demikian; "Dengarlah hari Israel! Sesungguhnya Hua Allah kita itu Esa adanya".
“Akulah Tuhan dan tidak ada lain; kecuali Aku tidak ada Allah”. (Yesaya 45:5) Injil Yohanes 17:3 mengatakan;” Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenai Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenai Isa Al-Masih yang telah Engkau utus.”
Karena itu jelaslah, bahwa tuduhan-tuduhan setengah orang dari golongan Islam yang mengatakan bahwa Agama Kristen tiu, tidaklah berAllah-kan Maha –Esa, tetapi malah berAllah-kan Maha-Tiga, adalah merupakan suatu tuduhan atau prasangka yang keliru.
Mengenai masalah “keMahaesaan Allah” ini, akan diuraikan kembali secara khusus dalam buku ini pada halaman lain, dibwah judul “keMAHAESA-AN ALLAH”.
3). HANYA ALLAH YANG WAJIB DISEMBAH.
- Al-Quran: s.Asy Sura 42:10, s.Maryam 19:36; s.An nahl: 16:36
Alkitab menegaskan, bahwa segala penyembah yang benar itu akan menyembah Allah itu dengan Roh dan Kebenaran - Yohanes 4: 23.
Sayidina Isa telah berkata:” …. Engkau harus menyembah yang benar itu, akan menyembah Allah itu dengna Roh dan Kebenaran". - Yohanes 4:23.
Isa bersabda : ”…. Engkau harus menyembah Tuha, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti”. (Lukas 4:8, Matius 4:10).
Dalam kitab Ulangan 6:13 tersurat demikian: "Engkau harus takut akan Tuhan,Allahmu; kepada Dia haruslah engkau beribadah dan demi namaNya haruslah engkau bersumpah";.
Yosua 24: 14-15:”beribadahlah hanya kepada Tuhan saja, tidak kepada ilah-ilah lainnya, Ulangan 6:13: Kepada Dia kita harus beribadah.
Seorang Kristen yang baik menurut Alkitab, tidak akan memperilahkan yang lain di hadirat Allah.
Mengenai masalah ini akan diuraikan kembali pada halama lain dibawah judul “Masalah Syirik dalam ajaran Kristen”.
Sesuai dengan makna Allah itu Maha Esa, artinya hanya satu-satunya tidak persamaannya dengan yang lain. Dia Maha Esa zat-Nya, tidak ada zat lain yang sama dengan-Nya. Dia Maha Kuasa, tidak ada persamaannya kuasa yang tertinggi lainnya hanya Dia, dan sebagainya. Dalam istilah ajaran Tauhid Islam di katakan Mukhalafat Hu ta’a’I lil hawadith artinya yang berbeda dengan segala apa yang baharu (alam).
Dalam Alkitab dikatakan:”Sebab itu Engkau besar, ya Tuhan Allah, sebab tidak ada yang sama seperti Engkau dan tidak ada Allah selain Engkau….” (2 Samuel 7:22)
Alkitab mengatakan, bahwa “Allah itu Roh adanya” (Yohanes 4:24). Karena Allah tidak berdarah daging. Dia adalah suatu zat ghaib. (a zat – immeteriil) yang tidak terlihat pada pandangan mata inderia manusia.
Dalam Yohanes 1:18 ditegaskan, bahwa: 'Tidak seorang yang pernah melihat Allah’ tetapi Putera Tunggal Allah, yang ada dipangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya “Makna menyatakan-Nya” disini, adalah tentang “menampakkan tentang adanya Allah yang tidak nampak itu”.
Dalam nats lain dikatakan ”Dia, yang telah menyatakan diriNya dalam rupa manusia “(1 Timotius 3:16).
Bagi saudara kita yang beragama Islam, kalimat diatas, mungkin dapat dibandingkan dengan nats Al-Quran yang terdapat dalam s.Al Hadid 57:3 yang mengatakan:”Dialah yang Awal dan Yang Akhir, yang Zhahir dan Yang bathin ….”
Makna perkataan “Yang Zhahir, yakni yang nampak”, dalam penafsirannya no. 1453 (Quran dan Terjemahannya dari Dep. AgamaR.I.) dikatakan:” Yang Zhahir ialah Yang nyata adanya, karena banyak bukti-buktinya dan “yang bathin” ialah yang tidak dapat digambarkan hikmat dan zat-Nya oleh akal.”
Jadi makna yang dikatakan “menyatakan” menurut Alkitab, adalah semakna dengan “yang zhahir” menurut Al-Quran. Hal ini akan dijelaskan kembali pada uraian lain, dibawah judul “keIlahi-an Isa Al-Masih”.
Rasul Paulus dalam suratnya 1 Timotius 6:16 kembali mengatakan;” ….Seorangpun tidak pernah melihat Dia dna memang manusia tidak dapat melihat Dia. BagiNya-lah hormat dan kuasa yang kekal.
6). ALLAH YANG RAHMANI DAN RAHIMI
- Al-Quran: s.Al Fatihah 1:3
- Alkitab : 1 Yohanes 4:7-8; Mazmur 145:8
Alkitab mangatakan, bahwa ;”Allah adalah kasih” (1 Yohanes 4:8). Dalam Mazmur 145:8 dikatakan:”Tuhan itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya.”
Allah yang Rahmani dan Rahimi menurut ajaran Kristiani, ialah Allah yang memberi, meng-anugerahi, tanpa menuntut sesuatunya dari umatnya yang disantuni tersebut sebagai imbalan.
Ada banyak diantara agama di dunia ini, yang mengjarkan bahwa keselamatan kekal di alam sorgawi itu akan dianugerahkan Allah keapda siapa saja dengan perhitungan dosa manusia itu, akan dinilai satu persatu dalam suatu masa penghukuman keadilan teakhir. Jika seseorang dimasa hidupnya dialam duni ini, lebih banyak berbuat dosa, ia akan dimasukkan kedalam hukuman neraka. Tetapi kalau ia lebih banyak berbua amal, ia akan mendapat kehidupan kekal dalam Sorga.
Kalau kita mendalami makna pengertian bahwa Allah itu adlah “Pengasih dan Penyayang”, bahkan “Maha Pengasih dan Maha Penyayang”, maka balance system demikian ini, malah meniadakan sifat keRahim-an dan keRahma-an Allah itu sendiri. Karena anugerah Sorga itu, hanya akan dapat ditentuakn dengan hasil usaha perbuatan sendiri.
Seorang pekerja buruh mendapat upah, adalah wajar, tetapi tidaklah dapat diartikan bahwa sipemberi upah itu adalah seorang yang Rahim. Jika seseorang memberikan sesuatunya kepada orang lain, baik karena diminta ataupun tidak diminta, dan tidak menuntut sesuatu imbalan, sipemberi itu, dapat dikatakan seorang yang rahim, seorang pengasih. Begitulah Allah yang Rahimi, pasti tidak akan menuntut, tetapi memberi, menganugerahkan.
Tidaklah mungkin manusia, akan dapat menyelamatkan dirinya sendiri dengan amalnya sendiri, tanpa anugerah Allah.
Manusia akan lebih banyak berbuat dosa, daripada berbuat amal saleh. Andaikata perbuatan amal itu yang dapat menentukan keselamatan seseorang, maka pastilah perhatian orang-orang berdosa, tidaklah lagi diarahkan kepada harap Kasih – Anugerah pengampunan Allah.
Rasul Paulus mengatakan:”Sebab karena kasih karunia, kamu diselamatkan oleh iman, itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah itu, bukan hasil pekerjaanmu" “(Efesus 2:8)
Rasul Petrus mengatakan dalam Kis. 2:38 demikian:” Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Isa Al-Masih untik pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus ….”
“…. Orang benar akan hidup oleh Iman”. (Roma 1:17; Habakuk 2:4).
Kalau demikian, apakah kita sudah tidak perlu berbuat amal baik lagi, karena sudah mengaku percaya itu?
Tidak! Bukan demikian maksudnya.
Berbuat amal saleh, adalahmemang perbuatan orang beriman. Rasul Paulus dalam 1 Korintus 10:31 mangatakan:”Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanla semuanya itu untuk kemuliaan Allah”.
Dan setiap perbuatanyang baik, mamang mendapat pahala. Tetapi yang menentukan kehidupan kekal itu, yang menentukan keselamatan dialam sorgawi itu, bukanlah sebab amal-amalnya, melainkan semata-mata Anugerah Allah karena iman, karena percaya.
Isa dengan tegas mengatakan:”Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataanKu dan pecaya kepada Dia yan gmengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal, dan tidak turut dihukumkan, sebab ia sudah pindah dari pada maut kedalah hidup”. (Yohanes 5: 24)
Uraian mengenai masalah ini, akan diuraikan kembali secara khusus pada halaman lain dibawah judul “Anugerah Keselamatan”
7). ALLAH YANG KEKAL DAN MAHA KUDUS
- Alikitab: Mazmur 90:2
Allah adalah yang kekal, tidak berpermulaan dan tidak berakhir.
Ehyeh asher ehyeh =Akulah yang Ada; aku ini ADA. Dalam ajaran Islam dikatakan sebagai hakikat :”Zat wajibal wujud”
Jepara, 12 Maret 2012 - Dalam teks Yunani Perjanjian Baru, ada beberapa kata dan frasa Aram yang dimasukkan tanpa diterjemahkan (sekalipun diterjemahkan, kata/huruf aslinya selalu disertakan) karena kekhususannya. Dari kata-kata itu terdapat kata-kata yang terucap dari Nabi Isa As./Almasih (Yesus);
Talita kum
Markus 5:41
Lalu dipegang-Nya tangan gadis itu, kata-Nya: "Talita kum," yang berarti: "Hai anak perempuan, Aku berkata kepadamu, bangunlah!"
Efata
Markus 7:34
Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik napas dan berkata kepadanya: "Efata!", artinya: Terbukalah!
Kata Aram ini diberikan bentuk aslinya dan disertai dengan terjemahan. Dalam huruf Yunani, kalimat Aram ini ditulis sebagai εφφαθα (ephphatha). Ini diambil dari bahasa Aram "ethpthaħ", bentuk imperatif pasif verba "pthaħ", membuka.
Eli Eli lema sabachthani
Matius 27:46
Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?"
Markus 15:34
Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eloi, Eloi, lama sabakhtani?", yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?"
Efata : Terbukalah = Bahasa Ibrani
Annamarie : Rahmat yang sempurna = Bahasa Ibrani
Avagail :
Ini adalah nama Ibrani. Nama ini berarti: Ayah saya bergembira. Alkitab; nama istri ketiga Raja Daud digambarkan sebagai 'baik dalam kebijakan dan indah dalam bentuk.
Efata Annamarie Avagail (Efata) Dengan keindahan bentuk dan sikap bijak, semoga Allah SWT membukakan kesempurnaan Rahmat-Nya. Amin...
Talitha Oren Nediva (Oren) √
Kau adalah Perempuan yang dirindukan, terbuka pada kesempatan, empati dan pengertian. Tidak mudah dibodohi oleh siapapun, romantis dan penuh ide dan gagasan cemerlang. Karena itu jadilah orang yang dimuliakan dengan selalu bersikap dermawan.
Aaron Eleazar Arashel (Aaron) √
Kaulah cahayaku yang bersinar di tengah – tengah kegelapan, penguasa dan pemimpin yang bijaksana. Berdirilah dengan kokoh agar kamu mampu melindungi dan dilindungi.
Bahasa Aram Yesus (Nabi Isa)
(Frasa-frasa Aram dalam Perjanjian Baru)
Dalam teks Yunani Perjanjian Baru, ada beberapa kata-kata dan frasa Aram yang dimasukkan tanpa diterjemahkan. Kata-kata ini sebagian besar adalah kata-kata Yesus sendiri, dan kemungkinan memiliki makna khusus karena ini.
Lalu dipegang-Nya tangan gadis itu, kata-Nya: "Talita kum," yang berarti: "Hai anak perempuan, Aku berkata kepadamu, bangunlah!"[1]
Ayat ini memberikan sebuah kalimat Aram, yang konon dipakai Yesus dalam pengobatan gadis ini, dengan sebuah terjemahan dalam bahasa Yunani. Alihaksara Yunani dari frasa ini adalah ταλιθα κουμ (talitha koum).
Naskah-naskah manuskrip Yunani yang paling bisa diandalkan, yaitu (Codex Sinaiticus, Codex Vaticanus) yang memuat Injil Markus, memiliki teks ini, tetapi beberapa naskah lain (seperti Codex Alexandrinus), mayoritas teks dan teks Vulgata memuat κουμι (koumi). Varian kedua ini menjadi Textus Receptus, dan merupakan versi yang muncul dalam versi The Authorised Version.
Dalam bahasa Aram ini adalah is "ţlîthâ qûm". Kata "ţlîthâ" adalah bentuk feminin dari kata "ţlê", yang artinya adalah muda. "Qûm" adalah verbaAram yang berarti bangun atau berdiri. Bentuk imperatif tunggal feminin adalah, aslinya adalah "qûmî". Namun, ada bukti bahwa dalam percakapan sehari-hari akhiran "î" ditanggalkan sehingga dalam bentuk imperatif tidak ada perbedaan antara kelamin maskulin dan feminin. Naskah manuskrip-manuskrip yang lebih tua, karena itu, menggunakan ejaan Yunani yang merupakan transkripsi pengucapan yang setia, sedangkan tambahan huruf "ι" kemungkinan adalah sebuah hiperkoreksi seorang penyalin yang mengenal bahasa Aram.
Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik napas dan berkata kepadanya: "Efata!", artinya: Terbukalah!
Sekali lagi, kata Aram ini diberikan bentuk aslinya dan disertai dengan terjemahan. Dalam huruf Yunani, kalimat Aram ini ditulis sebagai εφφαθα (ephphatha). Ini diambil dari bahasa Aram "ethpthaħ", bentuk imperatifpasifverba "pthaħ", membuka.
Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eloi, Eloi, lama sabakhtani?", yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?"
Kalimat ini yang diserukan oleh Yesus di kayu salib dan memiliki dua versi. Versi Injil Matius dalam alihaksara Yunani ditulis sebagai berikut: ηλι ηλι λεμα σαβαχθανι (eli eli lema sabakhthani). Sedangkan alihaksara versi Markus mirip pula, tetapi dimulai dengan: ελωι ελωι (eloi eloi). Bahasa Aram dari kalimat Matius ini adalah êlî êlî lmâ švaqtanî. Sedangkan Markus menulis elohî elohî.
Yesus kelihatannya mengutip dari ayat pertama kitab Mazmur22:1-3
"Untuk pemimpin kor. Menurut lagu: Rusa di kala fajar. Mazmur Daud. Allahku, ya Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku. Ya Allahku, aku berseru di waktu siang, tetapi Engkau tetap diam. Aku berdoa di waktu malam, hatiku tidak juga tenang."
Namun, Yesus tidak mengutip dari sumber Ibrani yang kanonik (resmi) - êlî êlî lâmâ `azabtonî, tetapi menggunakan sebuah terjemahan dalam bahasa Aram (lihat targum).
Dalam ayat selanjutnya, dalam kedua versi, seseorang yang mendengarkan seruan Yesus mengira bahwa beliau memanggil nabi Elia untuk menolong-Nya. Ini mungkin untuk menekankan ketidaktahuan orang tersebut akan apa yang sedang terjadi. Penggunaan kata ηλι oleh Matius bisa jadi menunjukkan penggunaan ayat Mazmur ini yang lebih 'resmi', yang dekat dengan bahasa Ibrani. Sedangkan versi Markus kemungkinan memperlihatkan bahasa Aram sehari-sehari secara lebih baik.
Beberapa naskah manuskrip kuno Yunani menunjukkan tanda-tanda para penyalin yang berusaha menormalisasikan teks. Misalkan sebagai contoh, Codex Bezae yang aneh, mengubah kedua versi Injil menjadi ηλι ηλι λαμα ζαφθανι (êli êli lama zaphthani).
Karena kalimat ini diterjemahkan dalam bahasa Yunani pada kedua kasus ini, maka arti terjemahannya tidak kabur. Namun ada sejumlah kecil pakar yang menentang hal ini, salah satu di antaranya adalah George Lamsa, namun metodologinya dibuktikan tidak memadai.
Kata Aram "švaqtanî" didasarkan pada kata kerja (verba) "švaq", 'tinggal, lupa', dengan akhiran modus perfektif -t (pronominal ke-2: 'engkau'), dan obyek sufiks "-anî" (pronominal ke-1 tunggal: 'saya')._http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Aram_Yesus
Malam......!!
Semua orang sedang menertawakan kebenaran,
tidakkah kau ijinkan aku untuk membuat kebenaran tertawa...??
Hai..
Aku menyapamu,
hanya kamu,
kamu yang paling terdalam dalam dirimu,
bukan dia,
bukan pula mereka.
di manakah dirimu?
mereka telah keluar dari 'goa',
namun kapan kamu 'kan membuka mata,
kau terlalu lama menutup mata indah itu...
karenanya aku ingin mengajakmu membukanya
dirimu menghilang sekian lama,
dengan mata buta tak bersuara,
mungkinkah kamu tahu ada di mana?!!
meski kamu 'kan membunuhku,
aku relakan asal kau lihat semua itu.
Zaman dahulu cincin mempunyai arti simbolik yang sangat kuat, karena itu cara mengenakannya terdapat banyak aturan yang berbeda-beda. Menurut kebiasaan orang Tionghoa, cincin pertunangan umumnya dipakai di jari tengah dari tangan kiri, cincin perkawinan dipakai di jari manis tangan kiri. Apabila belum menikah, harus dipakai di jari tengah atau jari manis dari tangan kanan, bila tidak akan membuat orang-orang yang yang melihat hal ini akan memberhentikan niat untuk mengejar atau mendekatinya.
Menurut tradisi kebiasaan orang Barat, apa yang terlihat di tangan kiri adalah pemberian keberuntungan dari Tuhan. Hal ini berkaitan erat dengan hati manusia. Karenanya, cincin yang dipakai di tangan kiri dikatakan sangat bermakna.
Di dunia internasional, cara pemakaian cincin yang agak tren adalah :
Jari telunjuk -> Hendak menikah, menunjukkan belum menikah.
Jari tengah -> Dalam masa pacaran.
Jari manis -> Menunjukkan telah bertunangan atau telah menikah.
Kelingking -> Menunjukkan masih single.
Untuk halnya tangan kanan, dalam tradisi juga ada suatu ungkapan, yang mempunyai arti sama dengan pemakaian di jari manis.
Menurut orang-orang, bila dipakai di tangan kanan, ini menunjukkan berjiwa bagaikan seorang biarawati. Tentu saja, masih ada sejenis cincin, di mana pun Anda memakainya, tidak mengandung makna apa pun juga.
Cincin yang sejenis ini umumnya bermotif, itu hanyalah sebagai perhiasan, boleh dipakai di jari mana pun yang Anda suka, tidak ada larangan apa pun.
Dalam hal ini saya hanya ingin berbicara dalam konteks pada umumnya di Indonesia. Tuhan memeberikan tangan untuk kita penuh dengan makna dan kegunaannya. Tangan memiliki jari pada masing masing bagiannya, di mana tiap bagian terdapat lima jari yang berbeda bentuk dan ukurannya. Dan dari tiap tiap jari tersebut memiliki arti serta kegunaan tersendiri.
Jempol menjadi lambang sesuatu yang bagus apabila dia di hadapkan ke atas, namun akan sangat berbeda artinya kalau dihadapkan ke bawah. Mereka banyak menyebut jari tersebut adalah ibu jari (jari induk). Dan saya lebih suka menyebutnya sebagai lambang orang tua.
Jari telunjuk, jari yang satu ini sangat bermanfaat sebagai penunjuk sesuatu, objek atau arah. Tapi kalau ditunjuk ke muka orang artinya bukan lagi sebuah petunjuk, melainkan amarah. Saya biasa menganggap jari itu adalah lambang saudara.
Selanjutnya adalah jari tengah, jari penuh kreatifitas karena ukurannya lebih panjang dari jari-jari yang lain. Dan saya mengatakan itu bisa merupakan lambang Tuhan.
Setelah jari tengah ada jari manis, jari yang pada umumnya digunakan untuk menempatkan cincin.
Terakhir adalah kelingking, salah satu jari yang sering dipakai oleh remaja untuk berjabat dengan arti berjanji. Namun ada juga yang mengatakan bahwa jari tersebut cukup akrab dengan lubang-lubang di bagian tubuh. Dan saya menyebutnya dengan lambang anak.
Pada umumnya kita selalu mengenakan cicin tunangan atau perkawinan (yang menandakan adanya hubungan) di jari manis…why..?
Coba kita pahami. Langkah pertama, Ikuti posisi jari tangan sesuai gambar. Jari tengah kiri dan kanan bersatu dalam posisi nempel ke dalam. Sementara ke empat pasangan jari-jari yang lain diposisikan saling bertemu sejajar. Jari tengah –seperti yang saya katakan—adalah lambang Tuhan, lipat ke dalam, dengan maksud kita akan selalu menyimpannya di dalam diri kita dengan sangat dalam.
Kemudian coba kita angkat kedua ibu jari supaya terpisah antara satu sama lain, dengan tidak merubah posisi jari-jari yang lain. Ibu jari adalah lambang dari orang tua kita, yang suatu saat pasti akan meninggalkan kita.
Seperti halnya dengan ibu jari, coba pisahkan jari telunjuk kita agar tidak menempel antara keduanya (kanan dan kiri). Ini adalah lambang dari saudara-saudara kita, kakak maupun adik. Cepat atau lambat mereka akan meninggalkan kita untuk hidup dengan keluarga mereka atau sebaliknya.
Kemudian dengan jari kelingking, angkat keduanya seperti halnya ibu jari dan jari telunjuk. Jari kelingking adalah lambang dari anak kita. Yang suatu saat mereka akan meninggalkan kita untuk hidup dengan pasangannya.
Dan sekarang giliran jari manis, jari yang biasa digunakan untuk mengenakan cicin kawin. Coba pisahkan keduanya seperti halnya jari-jari lain. Bisakah kita melakukannya?
Suatu ketika ada seorang bapak tua dan anaknya berjalan bersama keledainya melewati pasar. Dalam hiruk pikuk suasana pasar, seseorang menyeru, “wahai teman-temanku perhatikanlah seorang bapak tua dan anaknya itu, kenapa mereka tidak menggunakan otaknya untuk berpikir. Bukankah mereka memiliki keledai, tapi kenapa mereka masih berjalan kaki, alangkah bodohnya.”
Kemudian si bapak tua dan anak itu melanjutkan perjalanan. Bapak tua menaiki keledainya dan si anak berjalan kaki sehingga sampailah mereka di suatu tempat keramaian. Tiba-tiba dari keramaian itu terdengar suara “wahai bapak tua, alangkah teganya kau menyuruh anakmu berjalan kaki di tengah gurun sementara dirimu berada di punggung keledai. Tidakkah kau memikirkan anakmu”
Untuk melanjutkan perjalanannya si bapak menyuruh anaknya naik ke punggung keledai sedangkan ia berjalan kaki. Dalam perjalan, terdengar bisikan orang yang mengatakan, "alangkah durhakanya anak itu, tidakkah dia kasihan dengan orang tuanya yang sudah renta itu”
Perjalanan masih dilanjutkan, mereka berdua menaiki punggung keledainya. Belum begitu jauh mereka berjalan, terdengar seseorang dengan perasaan miris berteriak, “wahai kalian bapak dan anak! Di mana perasaan kalian sebagai manusia? Kalian tega menganiaya binatang yang sangat malang itu, tidakkah kalian kasihan dengan keledai itu yang berjalan terseok-seok?"
Kemudian sang bapak berkata; “wahai anakku, ketahuilah olehmu, sekalipun keledai kita angkat dengan kedua tangan kita, sungguh mereka tidak akan pernah berhenti berbicara”
(Kisah Lukmanul Hakim – dikutip dari kitab Bulughu Al Marom karya Ibnu Hajar Al-Asqalan)
Dunia adalah panggung sandiwara begitu kata Shakespears. Kenyataan telah mengajarkan kita tentang kehidupan.
Hidup ini adalah pilihan. Siapapun bebas memilih hidupnya, tidak ada yang dapat mendikte kehidupan sesoorang. Setiap jiwa merdeka untuk memilih. Adakalanya kita bingung dalam memilih. Itu tak lepas dari kemampuan kita dalam menentukan suatu hal, ada yang dengan cepat dapat mengambil keputusan dan ada yang terlalu lama dalam menentukan pilihan. Salah satu alasannnya adalah karena pertimbangan. Jadi manusia penuh pertimbangan itu baik, tapi menjadi orang yang banyak pertimbangan akan membentuk pribadi yang peragu, sehingga sulit untuk mengambil suatu keputusan.
Gaya pikir dan waktu sangat mempengaruhi keputusan seseorang ketika kita melihat suatu hal. Terkadang hal yang menurut kita baik belum tentu baik juga untuk orang lain, begitu juga sebaliknya. Penting atau tidak penting, butuh atau tidak butuh, cantik atau jelek, semuanya tergantung pada gaya pikir yang disimpulkan dengan satu keputusan.
Begitu halnya ketika kita menilai orang lain. Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda. Itulah penyebab adanya kritikan. Sadar atau tidak, terlalu banyak dari kita yang sangat suka berkomentar untuk menilai seseorang. Ada saja yang menjadi objek penilaiannya. Tidak ada yang terlewatkan oleh mata manusia semacam ini karena semua orang pasti memiliki kekurangan di mata mereka.
Ada di antara manusia terlalu malas untuk memberikan penilaian tapi yang mereka inginkan adalah dinilai. Inilah tipe manusia yang suka bertindak sebagai aktor. Ada kepuasan sendiri ketika bisa melakukan sesuatu. Tidak hanya diam terpaku, tapi selalu mengalir seperti mata air yang selalu memancarkan kejernihan dalam dirinya. Inilah ciri-ciri manusia maju yang telah memutuskan dirinya untuk bertindak.
Ketika seseorang tidak memiliki kecenderungan untuk mengkritik atau bertindak maka jadilah ia penonton. Manusia semacam ini adalah peragu. Tidak memiliki pendirian yang kokoh dan hanya mengikuti ke mana arus itu mengalir. Jika mereka melihat banyak orang yang menilai baik maka mereka juga akan ikut membenarkan. Ketika banyak orang yang menyalahkan maka merekapun ikut menyalahkan. Tidak mempunyai suatu pandangan yang bisa mengarahkan keputusan mereka.
Hidup adalah pilihan. Peranan apa yang kita ambil tentunya akan sangat berpengaruh pada keputusan. Satu hal yang perlu kita ingat tidak ada manusia yang sempurna di mata manusia yang lain. Seperti halnya kisah Luqmanul Hakim dan anaknya.
Di pagi itu aku bangun
mentari menyambut
kubuka jendela
bunga-bunga mekar dan tersenyum,
bersamanya aku duduk
merasakan hangat mentari
burung-burung bernyanyi
pepohonan ikut menari.....
tidakkah kau lihat semua itu amat serasi...
berdiri aku dan berlari mengikuti mentari
wahai bunga-ku....
aku tahu siapa sebenarnya yang kurayu
aku pasti kembali duduk bersammu.
Bisu.....diam aku menatap ombak
bergemuruh di kupingku
berjalan lelaki tua di depanku
seakan mengejek
Irama laut.........
Butiran pasir......angin terhempas
menyayat tubuhku
terdengar lonceng kereta kuda....!!!!
aku terdiam membisu...
hembusan angin lembut membuatku tenang
tersenyum aku bersama langit biru.....
tersentak aku ternyata sanagat dungu
tak tahu apa tujuanku...???
Akal adalah jebakan manusia dalam pemburuannya di dunia material, mengejar kenikmatan-kenikmatannya. Dia bekerja di atas dasar pengetahuan, penalaran dan hapalan. Ia-pun selalu mencoba mengetahui lautan dan setetes air dengan membedakan keduanya. Akal merupakan pondasi bagi pamer diri dan kepuasan diri. Dan dia mertupoakan perdana mentri yang dipercayai dari suatu pemerintahan ego yang mana sifat-sifat tentaranya disusun oleh ego dan hasil cipta orang lain.
Hati adalah tali pengikat Tuhan yang menarik orang kepada kebenaran-kebenaran dunia sepiritual dan suber keesaan. Dia bekerja di atas dasar wawasan dan perasaan, yang mengubah setetes air menjadi laut. Hati merupakan subtansi dari pengorbanan diri dan kefakiran, dan dialah pasukan tertinggi dari pasukan ruh (panglima) yang mana sifat-sifat tentaranya dibentuk oleh ruh dan penemuan ilmiah. Pada orang-orang tertentu, mungkin saja beberapa tentara hati melayani akal sementara tetap meyakini dan setia kepada ruh. Dalam medannya, akal adalah penasehat yang melindungi kepentingan-kepentingan ego. Sementara hati adalah obor isyarat seorang panglima yang menaruh eksistensi di atas obor.
By -->> Dr. Javad Nurbakhsh (Nur 'Ali Shah) faqir zulfiqar ahmad naqshbandi
Aq benci pada mereka yang suka menyanjung dan memuji_q...
Aq suka pada mereka yang membeci dan memusuhi_q,,,sebab mereka selalu jujur pada_q,,,dan karena mereka-lah aq mampu mengerti Siapa Diri_Q.